
Indonesia Fokus Impor Migas, Bukan LNG
Pemerintah Indonesia berencana meningkatkan impor migas dari Amerika Serikat hingga mencapai sekitar US$10 miliar. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi untuk menyeimbangkan neraca perdagangan bilateral antara Indonesia dan AS. Tujuan utamanya adalah menghindari potensi pemberlakuan tarif impor sebesar 32% dari Amerika Serikat terhadap sejumlah produk ekspor asal Indonesia, yang bisa berdampak besar pada perekonomian nasional
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa peningkatan impor migas ini akan dilakukan dengan mengalihkan sebagian impor LPG dari negara-negara lain seperti Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Dengan demikian, meskipun ada perubahan asal negara impor, total volume LPG yang diimpor tidak akan bertambah. Fokus tetap diarahkan pada efisiensi dan diversifikasi sumber energi tanpa membebani kebutuhan energi nasional.
Alasan Strategis dan Ekonomi
Langkah untuk menambah impor migas dari AS tidak diambil secara tiba-tiba. Ini merupakan respons terhadap tren proteksionisme perdagangan global, khususnya dari negara-negara besar. Dengan meningkatkan impor dari AS, Indonesia ingin memperkuat hubungan dagang bilateral sekaligus menjaga kestabilan ekspor ke Negeri Paman Sam
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa negosiasi perdagangan dengan Amerika Serikat masih bersifat dinamis. Artinya, detail teknis dan perjanjian final mengenai besaran volume dan skema impor akan diumumkan setelah ada kesepakatan dari kedua belah pihak
Mengapa LNG Tidak Ditambah?
Berbeda dengan minyak mentah dan LPG, Indonesia tidak akan meningkatkan impor liquefied natural gas (LNG) dari AS. Alasannya adalah pasokan domestik LNG saat ini masih sangat mencukupi kebutuhan nasional. Bahkan, Indonesia mencatat adanya kelebihan pasokan LNG yang belum terikat kontrak hingga tahun 2025. Oleh karena itu, Indonesia justru berpotensi menjadi eksportir LNG ke pasar internasional, bukan menjadi importir tambahan (Kementerian ESDM RI).
Dampak dan Prospek
Rencana peningkatan impor migas dari AS diharapkan membantu Indonesia menghindari tarif tinggi dan memperkuat hubungan perdagangan bilateral. Namun, langkah ini juga menuntut penyesuaian dalam kebijakan distribusi energi nasional. Pemerintah harus memastikan impor tetap efisien dan mendukung keberlanjutan energi.
Secara keseluruhan, kebijakan ini menunjukkan upaya Indonesia untuk beradaptasi dengan dinamika global sambil menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah ketidakpastian perdagangan internasional.