
Sejarah Martapura, Kabupaten Banjar
Martapura adalah sebuah kota yang terletak di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota ini memiliki sejarah panjang yang berkaitan erat dengan perkembangan daerah Kalimantan Selatan. Martapura tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan batu permata, tetapi juga memiliki akar budaya yang kaya, yang berpengaruh besar terhadap identitas masyarakat Banjar dan Kalimantan Selatan.
Asal Usul Nama Martapura
Nama Martapura sendiri berasal dari bahasa Banjar, yang secara etimologi bisa diartikan sebagai “Martapura” atau “tempat yang banyak permata”. Hal ini sesuai dengan kondisi geografis Martapura yang pada zaman dahulu dikenal sebagai daerah yang memiliki banyak tambang batu permata, terutama intan. Permata Martapura kemudian menjadi salah satu komoditas utama yang dikenal luas oleh masyarakat luar daerah.
Sejarah Awal Kota Martapura
Martapura diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16. Berdasarkan berbagai sumber sejarah, kota ini awalnya merupakan pusat kerajaan Banjar, yang merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di Kalimantan. Kerajaan Banjar sendiri didirikan pada awal abad ke-16, dan Martapura menjadi salah satu wilayah yang paling penting dalam sejarah politik dan ekonomi kerajaan tersebut.
Pada masa itu, Martapura menjadi pusat perdagangan yang ramai, baik untuk barang-barang lokal maupun barang impor. Salah satu komoditas utama yang diperdagangkan adalah batu permata. Seiring berjalannya waktu, Martapura terus berkembang menjadi kota yang dikenal sebagai pusat perdagangan batu permata, terutama intan.
Penyebaran Islam di Martapura
Martapura memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan. Pada abad ke-16, kerajaan Banjar yang berpusat di Martapura mulai menganut agama Islam. Hal ini menjadikan Martapura sebagai pusat dakwah Islam di wilayah tersebut. Penyebaran Islam ini berjalan seiring dengan kegiatan perdagangan dan interaksi dengan pedagang-pedagang dari Timur Tengah yang membawa pengaruh budaya dan agama Islam.
Martapura pada Masa Kolonial Belanda
Pada masa penjajahan Belanda, Martapura dan sekitarnya menjadi bagian dari wilayah yang dikuasai oleh pemerintah kolonial. Meskipun demikian, Martapura tetap menjadi pusat perdagangan yang penting, terutama dalam perdagangan batu permata yang banyak diminati oleh pasar luar negeri.
Meskipun kekuasaan Belanda cukup dominan, Martapura dan masyarakat Banjar tetap menjaga identitas budaya dan keagamaan mereka. Setelah masa penjajahan Belanda, Martapura terus berkembang dan menjadi kota yang semakin penting dalam konteks ekonomi dan budaya di Kalimantan Selatan.
Martapura pada Era Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Martapura menjadi bagian dari Kabupaten Banjar dalam Provinsi Kalimantan Selatan. Seiring dengan kemerdekaan, Martapura terus berkembang, baik dalam aspek infrastruktur, ekonomi, maupun sosial budaya. Kota ini menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Banjar serta pusat perdagangan dan kerajinan batu permata.
Pada masa ini, Martapura juga berkembang menjadi kota yang lebih modern, dengan infrastruktur yang semakin memadai, namun tetap mempertahankan warisan budaya dan sejarahnya yang kaya.
Perkembangan Martapura di Era Modern
Saat ini, Martapura dikenal sebagai salah satu kota penting di Kalimantan Selatan. Kota ini tidak hanya menjadi pusat perdagangan batu permata, tetapi juga dikenal dengan kerajinan tangan dari bahan batuan yang menjadi produk unggulan lokal. Selain itu, sektor pertanian, khususnya padi, juga menjadi salah satu pendukung utama ekonomi daerah ini.
Selain sektor ekonomi, Martapura juga terkenal dengan kebudayaan Banjar yang masih hidup dan berkembang, seperti seni musik, tarian, dan adat istiadat. Kota ini juga menjadi destinasi wisata bagi para wisatawan yang tertarik untuk melihat lebih dekat kebudayaan Banjar serta kerajinan batu permata.
Situs Bersejarah di Martapura
Martapura memiliki sejumlah situs bersejarah yang menjadi daya tarik wisata dan saksi bisu perjalanan panjang sejarah kota ini. Beberapa situs tersebut antara lain:
- Masjid Raya Sabilal Muhtadin
Masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar di Kalimantan Selatan yang memiliki arsitektur yang indah dan bersejarah. Masjid ini juga menjadi simbol penting dari sejarah penyebaran Islam di wilayah Martapura dan Banjar. - Makam Sultan Suriansyah
Sultan Suriansyah adalah raja pertama kerajaan Banjar yang memeluk Islam. Makamnya terletak di Martapura dan menjadi tempat ziarah bagi umat Muslim yang ingin menghormati salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam di Kalimantan Selatan. - Pasar Batu Permata Martapura
Pasar Batu Permata Martapura adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh wisatawan.
Kesimpulan
Martapura, dengan sejarah panjangnya yang penuh dengan kejayaan budaya, perdagangan, dan penyebaran agama Islam, terus memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan.