
Bandung, 5 Mei 2025 – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menuai sorotan publik. Ia menegaskan bahwa program pengiriman siswa bermasalah ke barak militer tetap akan dilanjutkan. Meski kebijakan ini menimbulkan polemik, Dedi menyatakan pendekatan semi-militer ini penting untuk membentuk karakter generasi muda. Menurutnya, kedisiplinan, ketangguhan, dan tanggung jawab harus ditanamkan sejak dini.
Latar Belakang Program Pendidikan Militer untuk Siswa
Program ini ditujukan untuk siswa SMP dan SMA yang dinilai sulit dibina. Termasuk di dalamnya siswa yang terlibat tawuran, perundungan, penyalahgunaan narkoba, atau pergaulan bebas. Mereka akan mengikuti pelatihan karakter di barak militer selama enam bulan. Seluruh kegiatan dilakukan di bawah pengawasan personel TNI dan Polri.
Dedi menjelaskan bahwa program ini telah dijalankan sebagai proyek percontohan di Purwakarta dan Bandung. Ia menilai pendekatan ini efektif. Banyak siswa menunjukkan perubahan sikap setelah mengikuti pelatihan. Mereka lebih disiplin dan mampu mengikuti aturan dengan baik.
Kritik dan Dukungan dari Berbagai Kalangan
Kebijakan ini memicu pro-kontra. Pengamat militer dari ISESS, Khairul Fahmi, menyebut pendekatan militer tidak cocok diterapkan dalam dunia pendidikan. Ia khawatir metode ini mengabaikan aspek psikologis anak. Khairul menyarankan agar pembinaan dilakukan lewat metode pedagogis. Konseling dan pendekatan personal dianggap lebih manusiawi.
Namun, tak semua pihak menolak. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, justru mendukung langkah Dedi. Ia menyatakan siap membantu penerapan program ini di wilayahnya. Menurutnya, kerja sama antara Pemkot dan Pemprov bisa memberikan solusi bagi masalah kenakalan remaja yang makin meluas.
Pembelaan Dedi Mulyadi atas Kritik
Dedi menanggapi kritik dengan tenang. Ia memastikan bahwa seluruh siswa yang dikirim ke barak telah mendapat izin dari orang tua. Program ini juga memiliki dasar hukum yang jelas. Ia menegaskan bahwa pendekatan militer bukan hal baru di Indonesia. Contohnya, Sekolah Taruna Nusantara telah lama menerapkan model serupa.
Dedi menambahkan bahwa hasil awal sangat menggembirakan. Siswa yang sebelumnya membangkang kini lebih teratur. Mereka mulai disiplin dalam hal tidur, bangun pagi, hingga lebih fokus dalam belajar. Ia juga menyebut banyak orang tua merasa terbantu dan bersyukur atas perubahan tersebut.