
Blueprint untuk Desa Wisata Peraih Penghargaan Dunia
Desa wisata yang telah meraih penghargaan dunia memiliki potensi besar dalam menarik wisatawan dan meningkatkan perekonomian lokal. Namun, tanpa perencanaan yang matang, keberlanjutan desa wisata tersebut dapat terancam. Oleh karena itu, penyusunan cetak biru (blueprint) menjadi langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan dan pengembangan desa wisata secara sistematis.
Urgensi Penyusunan Blueprint untuk Desa Wisata
Pengamat pariwisata dari Universitas Andalas Padang, Sari Lenggogeni, menekankan bahwa Kementerian Pariwisata perlu menyusun rencana keberlanjutan bagi desa wisata yang telah meraih penghargaan bergengsi dunia seperti UN Tourism 2024 dan ASEAN Tourism 2025. penyusunan cetak biru ini berperan penting dalam membentuk ekosistem pariwisata yang lebih matang dan terarah.
Menghadapi Lonjakan Wisatawan
- Dengan adanya blueprint, masyarakat desa dapat dipersiapkan untuk menghadapi potensi lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara. Hal ini penting agar infrastruktur, layanan, dan kesiapan sosial-ekonomi desa tetap terjaga.
Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan
- Blueprint memungkinkan desa wisata memiliki grand design atau master plan pariwisata yang mendukung keberlanjutan. Hal ini mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan agar dampak positif dari pariwisata dapat terus dirasakan dalam jangka panjang.
Manfaat Blueprint bagi Desa Wisata
Blueprint tidak hanya bermanfaat dalam pengelolaan wisata, tetapi juga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui berbagai sektor ekonomi.
Pengembangan UMKM dan Pusat Suvenir
- Dengan adanya blueprint, desa wisata dapat lebih terstruktur dalam mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ini mencakup pendirian pusat suvenir yang menjual produk khas desa wisata, sehingga memberikan nilai tambah bagi perekonomian lokal.
Penyusunan Paket Wisata yang Menarik
- Blueprint membantu desa wisata dalam merancang paket-paket atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Ini bisa berupa wisata budaya, kuliner, petualangan, maupun ekowisata.
Penyediaan Homestay Standar Internasional
- Untuk meningkatkan pengalaman wisatawan, desa wisata harus menyiapkan homestay yang memenuhi standar internasional dalam hal kenyamanan, keamanan, dan keramahan. Blueprint dapat mengatur standar dan regulasi terkait pengelolaan homestay.
Penerapan Standar CHSE
- Blueprint juga harus mencakup aspek CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability) guna memastikan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan keberlanjutan lingkungan desa wisata.
Dampak Ekonomi dan Daya Tarik Wisatawan
Dengan adanya blueprint yang memiliki standar dan tersertifikasi, wisatawan diharapkan mengeluarkan dana lebih banyak dan tinggal lebih lama di desa wisata. Hal ini berkontribusi langsung terhadap peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
Preferensi Generasi Z terhadap Pengalaman Autentik
Generasi muda saat ini, terutama Generasi Z, lebih tertarik pada pengalaman wisata autentik. Mereka ingin berbaur dengan masyarakat lokal dan merasakan kehidupan desa secara langsung. Blueprint yang baik harus mampu mengakomodasi tren ini.
Contoh Desa Wisata Berprestasi
Sebagai informasi, beberapa desa wisata di Indonesia telah meraih penghargaan internasional, di antaranya:
- Desa Wisata Jatiluwih, Bali – Meraih penghargaan “Best Tourism Villages UN Tourism 2024”
- Desa Wisata Wukirsari, Yogyakarta – Juga mendapatkan pengakuan internasional dalam ajang yang sama.
Keberhasilan desa-desa ini menjadi contoh nyata bagaimana desa wisata dapat berkembang dengan baik jika memiliki perencanaan yang matang dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Blueprint merupakan elemen kunci dalam menjaga keberlanjutan desa wisata yang telah meraih penghargaan dunia. Dengan perencanaan yang terarah, desa wisata dapat terus berkembang, meningkatkan perekonomian masyarakat, dan memberikan pengalaman terbaik bagi wisatawan tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan dan budaya setempat.